Oleh : Hakim Benardie Sabri
Pendahuluan
Siapakah dua ulama besar dan dua raja yang pernah singgah di Bandar
Bengkulu itu dan kapan? Pertanyaan seperti itu sudah umum, dan biasa
dilontarkan bagi si penanya yang ingin mengetahui suatu peristiwa atau
kejadian bersejarah.
Tulisan ini sekaligus menjawab berbagai
pertanyaan yang pernah dilontarkan oleh dua orang sahabat penulis, yaitu
Drs. Salim B. Pili M.AG, Ketua Bidang Akademik Balai Pengkajian &
Pengamalan Islam (BP2I), dan staf pengajar di Universitas Muhammadiyah
Bengkulu (UMB) yang bertanya, “Kapan Islam Pertamakali Berkembang di
Bengkulu?”. Juga sahabat saya, Drs. Panji Suminar, MA Dekan Fisip
Universitas Bengkulu (UNIB), yang bertanya, “Apa iya, ada orang Manna
yang berasal dari keturunan Banten?”.
Pertanyaan itu belum sempat penulis
jawab, karena berbagai dokumen (Dok pribadi) masih tersimpan di dalam
berbagai file naskah dan buku yang pernah ditulis. Alhamdulillah baru
pada awal Ramadhan 1430 H, hati saya tergerak untuk menulis dan
sekaligus menjawab pertanyaan sahabat-sahabat tersebut.
Memang untuk merekonstruksi sejarah “Kapan Islam pertama kali berkembang
di Bengkulu, dan apa iya, ada orang Manna yang keturunan dari Banten?”.
Dalam bentuk tulisan tidaklah mudah, karena apa yang kita tulis adalah
sejarah (History) bukan story (Cerita berbentuk dongeng atau lagenda
lainnya). Dalam merekonstruksi, “Kapan Islam Pertamakali Berkembang di
Bengkulu”, tentu kita memerlukan berbagai pendekatan histori, giografie,
giopolitik dan gioekonomi. Juga pada pertanyaan, “apa ada orang Manna
yang berasal dari keturunan Banten?”.
Untuk menjawab secara ilmiah memang
tidaklah mudah. Banyak kendala yang menghadang dimuka kita, mengingat
bukti-bukti sejarah (Fakta) seperti artifak dan prasasti yang telah
hilang, dan situs yang berubah fungsi. Namun dari berbagai catatan
sejarah masih dapat kita temukan hal-hal yang berkenaan dengan dua
pertanyaan tersebut diatas, antara lain sebagai berikut :
I . Sebenarnya etnik Arab telah masuk
dan berniaga di Bengkulu sejak adanya negeri LU-SHIANGSHE (264 sM-198
M), Pa-U’ (Pauh) pada tahun 199 dan Pa-Liu (Palik) pada tahun 204 M.
Pada tahun 264-285 M, pedagang Arab berniaga membeli batu permata dan
emas serta rempah (Adas manis, Fanile, dan Kayu Gaharu) di Pa-U’ dan
Pa-Liu. Salah satu Tembo dari Bengkulu (Koleksi pribadi) menyebutkan
bahwa pada tahun 609 M telah banyak pedagang Arab yang beniaga di negeri
itu.